8 Pandangan Keliru Tentang Hukum Kamma

Daftar Isi
[www.buddhismedia.blogspot.com] 8 Pandangan Keliru Tentang Hukum Kamma
Ilustrasi: Buddhis Media

8 Pandangan Keliru Tentang Hukum Kamma

Buddhis Media. Kamma (pali) atau karma (sangsekerta). Banyak yang beranggapan kamma hanyalah sebuah akibat yang kita terima dari perbuatan masa lampau kita ebagai sesuatu hal yang sudah menjadi takdir kehidupan. Bukan hanya pernyataan di atas. Selengkapnya berikut ini akan disajikan serta diulas secara lengkap pandangan-pandangan keliru dari hukum kamma dalam agama Buddha.

1. Kamma Hanya diaanggap Sebagai Hal Buruk

Padahal, kamma artinya perbuatan, sedangkan hasilnya disebut vipaka. Oleh sebab itu, tidak hanya berhubungan dengan perbuatan buruk atau akibat buruk saja, akan tetapi perbuatan baik atau akibat yang baik juga.

2. Kamma Vipaka Dianggap Sebagai Takdir

Pandangan ini keliru, karena ajaran Buddha tidak mengajarkan paham takdir ataupun paham kebebasan bertindak akan tetapi suatu kehendak bersyarat. Karena kalau hal ini terjadi maka seseorang tidak bisa terbebas dari penderitaan.

Contoh :
seseorang hidup miskin karena kamma vipaka lampaunya yang buruk, dia bisa mengubah kondisinya dengan bekerja keras.

3. Prinsip Kerja Hukum Kamma Adalah Mata Dibayar Mata

Ini suatu pandangan salah, kamma tidak akan selalu menghasilkan  bentuk vipaka yang sama, misalnya membunuh akan selalu dibunuh, mencuri akan selalu dicuri lagi. Pandangan ini keliru karena kamma selalu dipengaruhi oleh kondisi-kondisi saat ini sehingga tidak selamanya hasil kamma (vipaka) sama dengan kammanya.

4. Kamma Orang Tua Diwariskan Pada Anaknya

Contoh : anggapan anak lahir cacat karena ayahnya suka main p3lacur. Prinsip ini keliru, karena prinsip kerja kamma, siapa yang melakukan perbuatan, maka ia pula yang akan menerima hasilnya. Dalam Culakamma vibhanga Sutta, Majjhima Nikaya 135, Sang Buddha bersabda:

“Semua mahluk memiliki kammanya sendiri, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan keadaan rendah atau tinggi”.

5. Saat Ini Adalah Akibat Perbuatan Masa Lampau

Pandangan bahwa jatuh tersandung, jatuh sakit, dan sebagainya adalah merupakan hasil kamma semata, sang Buddha menolak pandangan ini, karena bila demikian adanya maka sia-sialah seseorang berbuat baik, sia-sialah seseorang berusaha. Hal ini akan membuat seseorang bersikap    apatis atau pasrah dan tidak mau berusaha memperbaiki Vipaka buruknya.

6. Kamma Maupun Vipaka Ditentukan oleh Tuhan

Pandangan ini erpendapat bahwa semua yang diperbuat atau dialami seseorang pada saat sekarang, baik hal yg baik maupun yg buruk tidak lain merupakan kehendak dari suatu mahluk adi kuasa yg disebut tuhan. Pandangan ini keliru sebab kalau hal ini benar terjadi maka yg disebut mahluk dialam semesta hanya merupakan Wayang yg dimainkan oleh seorang Dalang. Kalau hal ini terjadi maka seorang perampok pencuri tidak perlu bertanggung jawab terhadap semua perbuatan buruknya.

7. Kamma Buruk di Kehidupan Lampau Dapat Dihapuskan

Pandangan ini keliru, karena bagaimanapun juga perbuatan buruk sudah dilakukan dan sudah terjadi, sehingga akibat dari perbuatan buruk tsb pasti akan diterima dan tidak akan dapat dihapus. Bahkan, Sang Buddha sendiri tetap menerima hasil kamma buruk Beliau dari perbuatan Beliau pada kehidupan lampau yang pernah Beliau lakukan, di antaranya berupa terlukanya kaki Beliau karena batu yang dijatuhkan oleh Devadatta. Jika kamma lampau bisa dihapus maka sudah pasti Sang Buddha dengan mudah bisa menghilangkannya dan Beliau tentu tdk akan terluka.

8. Hukum Kamma Bagi Orang yang Percaya

Pandangan ini keliru, karena Hukum Kamma adalah hukum yg universal yang berlaku bagi siapa saja, kepada yang percaya atau tidak percaya.  Siapa saja yang berbuat jahat, percaya atau  tidak percaya terhadap Hukum Kamma, dia tetap akan menerima akibat dari perbuatannya tersebut.

IKUTI BERITA & ARTIKEL BUDDHIS LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Posting Komentar