Watak (Carita) dan Obyek Meditasi dalam Agama Buddha

Daftar Isi
[www.buddhismedia.blogspot.com]  Watak (Carita) dan Obyek Meditasi dalam Agama Buddha
Ilustrasi: Buddhis Media

Watak (Carita) dan Obyek Meditasi dalam Agama Buddha

Buddhis Media. Pernahkah kalian memahami bahwa batin manusia amat dipengaruhi jasmaninya? Jika dibiarkan berperan semaunya dan melakukan pikiran yang tidak baik, akan mampu menciptakan kehancuran dan bahkan menyebabkan pembunuhan. Sebaliknya, jika batin diliputi oleh pikiran yang baik, dapat menyembuhkan jasmani yang sedang sakit. Jika batin dipusatkan pada pikiran yang baik dengan mengembangkan usaha benar dan pengertian yang benar, hasilnya tidak terbatas. Jadi, batin yang bersih dan pikiran yang baik membuat hidup menjadi sehat dan santai.

Jalan ke arah pembersihan batin melalui meditasi menunjukkan enam tipe watak (carita) yang meliputi banyak hal yang tidak berarti. Ada beberapa yang condong ke nafsu keinginan, kebencian, kebodohan batin, keyakinan, kecerdasan, dan keraguan. Karena adanya watak yang berbedabeda, subjek meditasinya pun disesuaikan. Orang menjumpai keinginan rendah atau menginginkan satu demi satu pada Kitab Suci Pali, khususnya mengenai khotbah Buddha. Petunjuk tentang jalan menuju pembersihan batin, ada empat puluh macam. Mereka benar-benar merupakan resep obat bagi berbagai kekacauan batin manusia.

Pemilihan objek meditasi dapat berdasarkan kecepatan seseorang mampu mengonsentrasikan pikiran menggunakan objek tersebut. Bisa juga, pemilihan objek meditasi berdasarkan saran atau nasihat dari orang yang dianggap lebih berpengalaman dalam meditasi. Namun, ada kalanya pemilihan objek dilakukan berdasarkan sifat yang dimiliki pelaku meditasi. Dalam Dharma disebutkan ada beberapa sifat dasar manusia dan objek meditasi yang disarankan. Sifat dasar manusia antara lain: orang yang dominan nafsu ketamakannya atau ragā carita, orang yang dominan kebenciannya atau dosa carita, orang yang tidak pandai (dungu) atau moha carita, orang yang kuat keyakinannya atau saddhā carita, orang yang bijaksana (pandai) atau buddhi carita, dan orang yang suka melamun atau vitakka carita.

Ragā Carita

Ragā Carita merupakan watak seseorang yang dominan nafsu ketamakannya. Ciri-ciri orang yang mempunyai ragā carita adalah melaksanakan segala sesuatu berdasarkan nafsu ketamakan. Ia cenderung menyukai keindahan dan kecantikan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun hal tersebut kecil sekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar, mementingkan diri sendiri. Untuk mereka yang mempunyai ragā carita, objek yang sesuai dalam melaksanakan meditasi adalah ketidakindahan (asubha) dan perenungan pada badan (kāyagatāsati).

Dosa Carita

Dosa carita merupakan watak seseorangan yang dominan kebenciannya. Ciri-ciri orang yang mempunyai dosa-carita adalah melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian. Ia cenderung suka marah, jengkel, iri hati, tidak senang melihat kesalahan walaupun kecil, tidak mau peduli terhadap kebajikan orang lain walaupun besar, suka bermusuhan, memandang rendah orang lain, suka memerintah dan mendikte orang lain. Untuk mereka yang mempunyai dosa carita, objek yang sesuai dalam melaksanakan meditasi adalah empat appamañña, yaitu meta, karuna, mudita, dan upekkhā serta empat kasina (biru, kuning, merah, dan putih).

Moha Carita

Moha carita merupakan watak seseorang yang tidak pandai (dungu). Ciri-ciri orang yang mempunyai moha carita adalah melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin. Ia cenderung lemah batin, suka bingung, suka ragu-ragu, suka khawatir, menggantungkan diri pada pendapat orang lain, pikiran ruwet, malas, pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu pandangan. Untuk mereka yang mempunyai moha carita, objek yang sesuai dalam melaksanakan meditasi ialah anapanasati, yaitu berupaya mengetahui saat napas masuk dan keluar yang mengalir secara alamiah.

Saddhā Carita

Saddhā carita merupakan watak seseorang yang kuat keyakinannya. Ciri-ciri orang yang mempunyai saddhā carita adalah melaksanakan segala sesuatu tindakan berdasarkan keyakinan. Ia cenderung rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang yang dianggap suci, suka mendengarkan Dharma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik. Untuk mereka yang mempunyai saddhā carita, objek yang sesuai dipergunakan dalam melaksanakan meditasi adalah enam anussati (buddhanussati, Dharmanussati, Sańghānussati, sīlanussati, cāgānuss daatin, devatānussati).

Buddhi Carita

Buddhi carita merupakan watak seseorang yang bijaksana (pandai). Ciri-ciri orang yang mempunyai buddhi carita adalah melaksanakan segala sesuatu berdasarkan sikap hati-hati. Ia cenderung merenungkan Tiga Corak Umum (Tilakkhana), yaitu ketidakkekalan, dukkha, dan tanpa inti yang kekal. Ia sering bermeditasi, bersedia mendengarkan saran atau nasihat orang lain, mempunyai kawan-kawan yang baik. Untuk mereka yang mempunyai buddhi carita, objek yang sesuai dalam bermeditasi adalah perenungan pada kematian (maranānussati), merenungkan nibbāna (upasamanussati), merenungkan tentang makanan (aharapatikulasañña), dan merenungkan empat unsur badan jasmani (catudhātu-vavathāna).

Vitakka Carita

Vitakka Carita merupakan watak seseorang yang suka melamun. Ciri-ciri orang yang mempunyai vitakka-carita adalah melaksanakan sesuatu berdasarkan tergesa-gesa. Ia cenderung gugup, suka berteori, pikiran sering berkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial. Untuk mereka yang mempunyai vitakka-carita, objek yang cocok untuk melaksanakan meditasi adalah anapanasati atau perhatian pada saat napas dan keluar secara alamiah.

Sumber:
Kuntari, dan Kuswanto. 2021. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

IKUTI BERITA & ARTIKEL BUDDHIS LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Detik Dhamma
Detik Dhamma Berbagi dalam Dhamma

Posting Komentar